Surabaya, kota pelabuhan sejak ratusan tahun lamanya. Mencuri perhatian sejak dulu, salah satunya etnis Tionghoa. Sejak tahun 1293 secara bergantian menuju Surabaya berjuang untuk bekerja. Berdagang dan menggunakan keahilan mereka hingga dapat menguasai kota. Tidak hanya suka yang mereka dapat, duka pun mereka rasakan. Menjadi kambing hitam dan diskriminasi dari etnis lainnya sudah menjadi derita mereka sejak dulu. Kini, etnis Tionghoa di Surabaya hampir menguasai separuh kota Surabaya. | Kampung Tambak Bayan di Surabaya sejak beberapa tahun tetap berkomitmen dalam menjaga budaya asli mereka, budaya Tionghoa. Ketika disudut lain kota etnis Tionghoa lainnya mendapatkan kemewahan kota, warga Tambak Bayan tetap harus berjuang setiap harinya karena berbeda dari stigma pada umumnya tentang etnis Tionghoa. Berjuang untuk tetap berdiri dari penggusuran, warga Tambak Bayan melawannya dengan kesenian. | Potehi merupakan kesenian wayang yang terbuat dari kain kanton yang telah berusia ratusan tahun dan berasal dari Cina. Bertujuan untuk menceritakan berbagai cerita rakyat dari Cina dan memberikan pesan moral disetiap ceritanya. Pak Mujiono, warga asli Surabaya yang tidak memiliki keturunan Tionghoa berjuang bersama komunitasnya untuk mempertahankan kesenian ini yang mulai ditinggalkan.