Adi, 10 tahun seorang anak kelas 5 SD yang periang, pintar, penuh semangat belajar, senang main sepak bola dan rajin beribadah yang sangat dekat dengan ayahnya, suatu malam merasa dunia hancur karena ayah tercintanya yang selalu menyemangati dan menjadi ayah terbaik baginya, meninggal dunia karena kecelakaan motor saat sedang bekerja sebagai ojek online untuk mengantarkan pesanan orang. Ayah yang siang hari kerja di toko sepatu dan malam sebagai ojek online itu menghembuskan nafas terakhir di pelukan Adi.
Sejak saat itu Adi berubah. Ia menjadi anak yang penyendiri dan kurang bersemangat melakukan apapun. Apalagi di saat Adi mengenang saat-saat bahagia penuh keceriaan saat bermain bola dan saat dibelikan oleh ayahnya sepasang sepatu kembaran dengan ayah yang nantinya akan dipakai saat Sholat Ied Lebaran yang beberapa bulan lagi akan tiba. Adi benar-benar kehilangan sosok yang paling ia kagumi, cintai, dan sangat membahagiakan yaitu ayahnya tercinta. Ia benar-benar belum rela kehilangan. Semua sudut mengingatkan akan kehadiran ayahnya. Namun di malam pertama Tarawih, ayah tercintanya hadir. Adi merasa sangat bahagia dan mulai bersemangat lagi walau hanya bisa melihat dan berbicara namun tidak bisa menyentuh. Ia benar-benar merasa kehadiran ayahnya walau tidak seorangpun bisa melihat kehadiran ayahnya kecuali dirinya. Sehingga banyak yang menyangka Adi sudah gila di saat melihat Adi bicara sendiri dan teman-temannya mengolok-olok Adi. Ibunda Adi pun menasihati dan memperingatkan Adi untuk tidak berkhayal dan merelakan kepergian ayahnya. Adi merasa terpukul kembali. Ia belum siap kehilangan ayahnya yang sangat berharga dan sumber semangatnya itu. Adi sampai berlutut dan bersujud meminta pada Tuhan mengembalikan ayahnya ke kehidupannya lagi. Ayah sendiri meminta Adi untuk merelakannya dan melanjutkan hidup supaya bisa menggantikannya untuk melindungi ibu, kakak dan adik. Walaupun berat dan sangat bersedih, Adi berusaha kuat dan akan mewujudkan harapan ayahnya walau hatinya belum mampu merelakan kepergian ayah tercintanya. Hingga sampai di penghujung Ramadhan di hari kemenangan, Ibu sendiri yang selama ini tidak percaya dengan apa yang dikatakan Adi tentang melihat kehadiran ayah, melihat sendiri kehadiran ayah walau sesaat. Sejak itu Ibu mengerti perasaan Adi.
Adi akhirnya ikhlas dan merelakan kepergian ayahnya. Ia ingin menggantikan tugas ayahnya untuk melindungi Ibu, Kakak Larah, dan Adik Dodi. Adi berjanji di depan papan nisan ayahnya saat Hari Lebaran akan melakukan apa yang ayahnya harapkan darinya.
